Sejarah Desa

Kampung Paya Tumpi Baru merupakan satu dari 20 Kampung yang ada di dalam Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Desa ini merupakan pintu gerbang kota Takengon dari arah jalan Bireuen menuju kota Takengon, sebagai pusat Ibu Kota Kabupaten Aceh Tengah.

Desa Paya Tumpi Baru dimekarkan sebagai desa defenitif, pada tahun 2004 yang sebelumnya masih menjadi bagian Kampung Paya Tumpi  sebagai Kampung Induk. Berdasarkan catatan sejarah, di masa colonial Belanda, Paya Tumpi merupakan  kawasan pertama perkebunan kopi oleh Hindia Belanda di daerah Dataran Tinggi Gayo. Hingga saat ini bekas peninggalan  kawasan perkebunan Hindia Belanda tersebut dapat ditemui di Paya Tumpi pada umumnya.

Sampai dengan saat ini, Paya Tumpi Baru dikenal sebagai kawasan perkebunan kopi Arabika Gayo dan lokasi pembibitan. Di kampung ini juga terdapat pusat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) untuk wilayah kerja di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

Luas wilayah Paya Tumpi Baru adalah 3, 5 KM2 atau 350 hektar dan Desa ini keberadaannya masih dipinggiran Kota Takengon tepatnya, di sisi jalan lintas nasional Bireuen-Takengon. Kampung Paya Tumpi Baru  berbatasan langsung dengan kampung-kampung tetangga sebagai berikut: Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Bukit Sama. Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Paya Tumpi. Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Bukit Sama. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Mongal.

Desa Paya Tumpi Baru merupakan “benteng”  beberapa desa di kecamatan Kebayakan dan sebagian Kota Takengon ketika curah hujan tinggi di Gunung Ujen yang menyebabkan debit air dari gunung tersebut meningkat. Pada Mei 2020  desa ini pernah diterjang oleh Banjir Bandang, yang menyebabkan belasan rumah rusak. Musibah ini juga ikut merusak perkebunan kopi warga. Banjir Bandang terjadi karena dipicu oleh rusaknya kawasan Gunung Ujen karena telah dirambah menjadi daerah perkebunan, hal tersebut menyebabkan terjadi beberapa titik longsor di kawasan Desa Paya Tumpi Baru yang berada di kaki Gunung Ujen. 

 Pasca Banjir Bandang, Pemerintahan desa Paya Tumpi Baru terus berupaya melakukan upaya mitigasi bencana demi mencegah terjadinya lagi bencana alam di kawasan ini. Bersama desa-desa disekitarnya, menginsiasi pembentukan Forum Penyelamatan Gunung Ujen (Bur ni Pepanyi) yang merupakan upaya mitigasi terhadap potensi rawan bencana di Gunung Ujen. Gunung tersebut merupakan kawasan penyangga lingkungan serta serapan air untuk beberapa kampung disekitarnya. 

Dengan dikelilingi bukit-bukit, Kampung Paya Tumpi Baru merupakan daerah yang subur untuk perkebunan dan pertanian. Kampung Paya Tumpi Baru memilik tiga dusun yakni Dusun Singah Mata, Dusun Tani Makmur dan Dusun Kebun Makmur. Jeruk Keprok Gayo adalah komoditi khas dari desa ini dan sangat digemari masyarakat tak hanya domestik namun juga luar daerah. Selain perkebunan kopi juga menjadi salah satu sentral penghasil madu ternak hasil budidaya warga.

Para petani di desa ini, juga mengembangkan pembibitan berbagai jenis bibit tanaman buah-buahan, seperti Alpukat, Jeruk dan buah-buahan lainnya. Dari keseluruhan luas wilayah, Kampung Paya Tumpi Baru memiliki daerah perkebunan 305 hektar,  luas pekarangan 30 hektar, luas kolam 3 hektar dan Tegalan 12 Hektar. Dari pendataan penduduk Kampung Paya Tumpi Baru terakhir Tahun 2019, jumlah penduduk 1015 jiwa dengan  245 Kepala Keluarga (KK), yang terdiri  lelaki 509 jiwa dan  Perempuan 506 Jiwa, dengan Wajib KTP  632 Jiwa.

 Masyarakat Kampung Paya Tumpi Baru adalah masyarakat heterogen dengan berbagai suku, dengan mayoritas Suku Gayo dan Suku Jawa serta Suku Aceh. Sisanya Batak dan Padang. Sebagaimana desa-desa yang ada di Aceh Tengah, unsur pemerintahan desa, terdiri dari  Sarak Opat, yakni Reje (Kepala Desa) Imem (Imam Kampung) Petue (Tokoh Adat) dan Rayat Genap Mupakat (BPD) serta tiga Kepala Urusan (Kaur) dan tiga Pengulu (Kepala Dusun) serta satu Oprator.

Berbagai prestasi telah diraih oleh kampung ini, salah satunya adalah dinobatkan sebagai juara pertama lomba Perpustakaan Umum Terbaik  (Desa/Kelurahan) Tingkat Nasional pada tahun 2017.  Prestasi ini didapatkan setelah mendapatkan nilai tertinggi dalam penilaian yang dilakukan oleh Tim Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada saat itu. 

Desa Paya Tumpi Baru saat ini satu-satunya desa yang ada di Kabupaten Aceh Tengah yang Desa Budaya dalam program Pemajuan Desa Budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) melalui Direktorar Jenderal Kebudayaan dalam program ini, pada Tahun 2021 telah sukses menggelar menggelar Paya Tumpi Culture Revisit Menuju Industri 4.0 dan Desember 2021 menggelar Pagelaran Desember Kopi dan Tahun 2022 ini akan menggelar Festival Panen Kopi. Desa ini juga telah ditetapkan oleh Kemenppa sebagai Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak. 

Sejak menjadi desa defenitif pada 2004, Kampung Paya Tumpi Baru telah dipimpin oleh tiga orang Kepala Desa.  Dimulai sejak kampung inj lahir Defenitif tahun 2004-2013 di pimpin oleh Usman. Selanjutnya 2013-2018 dipimpin oleh Sabri Rusli, SH dan saat ini priode 2018-2024 dipimpin oleh Reje Kampung, Idrus Saputra, S.Pd.